AMF
(Against Modern Football) bukan sekadar ngetik di sosmed teriak "Fuck
TV, turn off your TV and go to stadium, support your local club, one man
one club" doang. Bagi para pejuang sejati AMF, mereka justru malah
banyak yang gak rutin ke stadion, dan spreading their networking ke
lebih dari 1 tim agar kampanye AMF bisa disebar dengan lebih luas.
Stand
AMF adalah sebuah perlawanan melawan kerakusan kapitalisme yang merubah
sepakbola menjadi bisnis dan kendaraan politik. Para supporters diubah
menjadi customers dan consumers. Pemilik club sepakbola super raksasa
sekarang mendapat kekuasaan & uang banyak dari milyaran orang fans
sepakbola, hak siar TV, merchandise, sponsor, tickets, judi dll tanpa
ada subsidi bagi kita para supporters (apalagi alokasi dana bagi kaum
miskin, lupakan). Bahkan tragisnya, tanpa kita sadari, AMF sendiripun
kini sudah diubah menjadi "brand/ merk" oleh kapitalisme. Jualan
merchandise bertuliskan Against Modern Football sekarang laris manis,
tanpa adanya penjelasan arti dari Against Modern Football itu sendiri.
Dan buat kalian yang merasa bahwa berkelahi karena sepakbola itu keren:
bahkan fanatisme dan pertikaian antar fans kini telah menjadi ladang
emas bagi mereka.
Football
bukanlah sepakbola lagi bagi para penguasa dunia si kulit bundar ini.
Bagi konglomerat dan penguasa kelas dunia, football bukan hiburan,
olahraga, apalagi budaya dan "agama". Football sudah bukan menjadi
suasana tawa dan tangisan. Karena bagi mereka yang berkuasa, football
dan kita para supporters adalah kendaraan politik dan ladang uang yang
dapat membuat mereka semakin berkuasa dan kaya raya. Sumber By: #diskusi633
Dengan usia "Ultras Smansa" yang sudah menginjak 3 tahun semoga kedepannya kita bisa lebih kompak dan bisa meningkatkan lagi kreatifitas kita di atas tribun di setiap pertandingannya untuk mendukung team sekolah kebanggaan kita bersama.