Senin, 23 Desember 2013

apa itu casuals


Casuals merupakan salah satu bagian dari budaya didalam sepak bola, yang identik dengan hooligansime dan pakaian-pakaian mahal bermerek. Sub kultur ini lahir pada akhir dekade 70-an, di Britania Raya, dimana ketika itu banyak para hooligan klub-klub sepak bola, mulai mengenakan pakaian-pakaian mahal untuk menghindari perhatian polisi. Mereka tidak lagi mengenakan atribut-atribut beraroma logo-logo klub kesayangan, agar tidak dikenali, sehingga lebih mudah untuk menyusup kelompok musuh dan untuk masuk kedalam pub.Jenis-jenis musik yang disukai oleh para Casuals pada akhir dekade 70-an adalah Oi!, Mod, dan Ska. Tak heran, karena beberapa Casuals itu merupakan pengikut dari sub kultur skinhead, mod, dan rude boy. Pada era 80-an, selera musik Casuals bersifat eklektik alias campur-campur. Pada akhir dekade 80-an dan 90-an awal, mereka cenderung menyukai scene Madchester (co: The Stone Roses), dan Rave. Dan di era 90-an saat sub kultur alternatif baru yang bernama Britpop, yang digunakan untuk melawan arus Grunge, para Casuals ini pun menjadi penggemar Britpop. Ada pengaruh kuat dari budaya Rave terhadap Casuals, rave sendiri cenderung menyerukan perdamaian, sehingga banyak dari Casuals ini yang mengenakan pakaian-pakaian khas mereka, namun justru menjauhkan diri dari tindak hooliganisme. Kadang-kadang banyak band-band yang bergaya Casuals saat dipanggung dan dalam sesi pemotretan, seperti yang dilakukan Damon Albarn dan kawan-kawan di BLUR dalam video “Parklife” Sejak itu Brutal pop khas BLUR (kadang disebut juga indie rock) telah menjadi jenis musik yang paling disukai oleh Casuals.

SEJARAH

Sejak pertengahan dekade 50-an, para pendukung sepak bola di Inggris sudah mulai terpengaruh dengan gaya berpakaian Teddy Boys, yang tumbuh pada masa itu. Dan asal-usul budaya Casuals sendiri dapat dilihat dalam sub kultur Mod pada awal 60-an. Para pemuda pengikut sub kultur Mod, mulai membawa gaya berpakaiannya ke dalam teras sepak bola. Kemudian pengikut-pengikut sub kultur lain seperti Skinhead juga membawa gaya berpakaiannya kedalam teras sepak bola. Ditandai dengan kebangkitan sub kultur Mod pada akhir 70-an, Casuals mulai tumbuh dan berubah setelah pendukung Liverpool, memperkenalkan merek-merek fashion Eropa yang mereka peroleh saat menemani klub kesayangan mereka melawan klub Perancis, Saint Etienne. Para pendukung Liverpool yang menemani klub kesayangan mereka menjalani laga melawan klub-klub Eropa, pulang ke Inggris dengan membawa pakaian-pakaian bermerek dari Italia dan Perancis, yang mereka jarah dari toko-toko.

Pada saat itu, para polisi masih fokus para pendukung yang bergaya Skinhead, dengan sepatu bot khasnya, Dr. Martens, dan tidak memperhatikan para penggemar yang menggunakan pakaian-pakaian mahal karya desainer-desainer ternama. Para pendukung Liverpool kemudian membawa lagi merek-merek pakaian yang tidak pernah dijumpai sebelumnya di Inggris. Dan para pendukung klub-klub lain pun mulai memburu merek-merek Eropa yang masih langka di Inggris. Adapun para pendukung Liverpool masih identik dengan Lacoste Shirt dan Adidas Training hingga saat ini. Label pakaian yang terkait dengan Casuals pada tahun 1980 meliputi: Edinburgh Woollen Mill, Fruit of the Loom, Fila, Stone Island, Fiorucci, Pepe, Benetton, Sergio Tacchini, Ralph Lauren, Henri Lloyd, Lyle & Scott, Adidas, CP Company, Ben Sherman, Fred Perry, Lacoste, Kappa, Pringle, Burberry dan Slazenger. Trend berpakaian terus berubah dan subkultur Casuals mencapai puncaknya pada akhir 1980-an. Dengan lahirnya scene musik Acid House, Rave and Madchester. Dan kekerasan dalam sub kultur Casuals memudar hingga batas tertentu.

1990s and 2000s

Pada pertengahan 1990-an, sub kultur Casuals mengalami kebangkitan besar, tetapi penekanan pada gaya telah sedikit berubah. Banyak para penggemar sepak bola mengadopsi Casuals tampak sebagai semacam seragam, mengidentifikasi bahwa mereka berbeda dari pendukung klub biasa. Merek seperti Stone Island, Aquascutum, Burberry dan CP company terlihat di hampir setiap klub, serta merek-merek klasik favorit seperti Lacoste, Paul & Shark dan Pharabouth. Pada akhir 1990-an, banyak pendukung sepak bola mulai bergerak menjauh dari merek-merek yang dianggap seragam Casuals, karena polisi mulai memerhatikan tindak tanduk Casuals. Selain itu beberapa desainer juga menarik produk-produk mereka setelah tau bahwa produk-produk mereka di pakai oleh Casuals. Meskipun beberapa Casuals terus memakai pakaian Stone Island di tahun 2000-an, banyak dari mereka yang telah mencopot logo kompas Stone Island sehingga merek pakaian mereka menjadi tidak ketahuan. Namun, dengan dua tombol masih menempel, orang yang tahu masih bisa mengenali pakaian Casuals lainnya. Pada akhir 90-an itu beberapa pasukan polisi mencoba untuk menghubungkan logo kompas Stone Island dengan neo-Nazi versi dari salib Celtic. Karena itu, label pakaian baru mulai memperoleh popularitas di antara Casuals. Seperti halnya produk-produk pakaian dari merek-merek ternama yang laku dipasaran, barang palsu yang murah juga mudah didapat. Prada, Façonnable, Hugo Boss, Fake London Genius, One True Saxon, Maharishi, Mandarina Duck, 6.876, dan Dupe telah mulai mendapatkan popularitas luas.

Casual fashion telah mengalami peningkatan popularitas di tahun 2000-an, setelah beberapa band-band Inggris seperti The Streets dan The Mitchell Brothers menggunakan pakaian kasual olahraga dalam video musik mereka. Budaya Casuals pun telah diangkat ke dalam media visual seperti film-film dan program televisi seperti ID, The Firm, Cass, The Real Football Factory dan Green Street Hooligans 1 & 2. Pada tahun 2000-an, label pakaian yang terkait dengan pakaian Casuals termasuk: Stone Island, Adidas Originals, Lyle & Scott, Fred Perry, Armani, Three stroke, Lambretta, Pharabouth dan Lacoste. Namun menjelang akhir dekade 2000-an banyak Casuals yang menggunakan label-label independen seperti Albam, YMC, APC, Folk, Nudie Jeans, Edwin, Garbstore, Engineered Garments, Wood Wood dan Superga. Namun merek besar seperti Lacoste, Ralph Lauren dan CP Company masih popular di kalangan Casuals

Selasa, 17 Desember 2013

ultras smansa futsal competition

ultras smansa futsal competition
selasa 17 desember-jumat 20 desember 2013
tempat : lapang sman 1 kota sukabumi
registrasi : rp 25.000/team

Senin, 02 Desember 2013

moment


"LIKA LIKU ULTRAS INDONESIA"



Fenomena Ultras kini kian populer di penjuru dunia, tak kalah populer juga bagi Indonesia. Giant Flag, Chants Total , berdiri selama 90 menit, serta Pyro show menghiasi tribun kebanggan supporter beraliran ULTRAS di Indonesia. Tujuan mereka hanya satu, mendukung TOTAL tim saat bertanding dengan cara mereka tersendiri. Sama saja seperti supporter yang lain, mungkin hanya tampilan dan penyajian ultras saja yang berbeda.

Awalnya senang ketika melihat Hadirnya supporter berjiwa Ultras di INDONESIA ini dan tetap dirangkul oleh WADAHnya. Namun miris sekali rasanya ketika kita tahu bahwa sebagian kehadiran Supporter berjiwa Ultras masih dipandang negatif. Mulai dari warna, style atau bahkan prasangka buruk mereka kalau berdirinya kelompok baru dalam sebuah organisasi supporter pasti ada niat memecah dan unsur politik dibaliknya. Padahal itu semua adalah BOHONG atau statement seorang yang sirik melihat sebuah kebebasan dikelompoknya. Mungkin yang ada di pikiran mereka hanya ingin semua itu sama atau satu, padahal kalo dilihat lebih luas lagi, NEGARA KITA TERBENTUK BERDASARKAN keberagaman suku, budaya, agama dan ras. Toh dengan begitu Indonesia bisa merdeka. Sedikit saran buat kelompok ULTRAS di Indonesia:

1. Jauhi POLITIK dari kelompokmu (bila kelompok Ultrasmu masih 1 Wadah supporter) -> karena dengan masuknya politik di kelompok Ultras-mu hal itu menjadi satu kartu AS yang dipakai untuk menjatuhkan kelompokmu dalam organisasi supporter itu.
ex: "ULTRAS BERDIRI DARI ORANG PARTAI INI, ORANG INI MENDIRIKAN ULTRAS UNTUK SEBUAH JABATAN." --- WTF.! ingat ULTRAS BUKAN POLITIK.

2. Ciptakan KREASI SETIAP BERLAGA -> Karena dengan terus berkreasi, orang (penonton) akan bersimpati dengan kelompokmu, dan PANDANGAN POSITIF akan tercipta karena aksimu.

3. BER-TANDANG-LAH dan CIPTAKAN PERSAUDARAAN ANTAR SUPPORTER -> Dengan begitu kelompokmu akan selalu disenangi dan dirindukan supporter lain baik saat kandang ataupun tandang karena kebaikan dan persaudaraan kelompokmu.

4. Berikan bantuan bagi TIM mu -> meskipun kecil namun bantuan bagi tim sangat berarti. Berarti bagi Tim dan juga bagi kelompokmu.

5. RANGKULAH ARUS BAWAH -> Mau bagaimanapun mereka, tapi arus bawah dari sebuah organisasi supporter itu diibaratkan sebagai JIWA nya. Apabila kepengurusan tidak pernah mendengarkan aspirasi arus bawahnya, maka akan timbul gelombang massa yang ingin sebuah Kebebasan. Kebebasan memilih, beraspirasi, dan bergerak.

6. JANGAN TAKUT SEBARKAN JIWA ULTRA-MU.!
hanya seorang pengecutlah yang perlahan menghilang dari peredaran bumi ini.

mungkin langkah diatas bisa diterapkan kalau memang Kelompok kalian masih dipandang sebelah mata dengan cemooh dan statement merendahkan.
Meskipun dalam wadah supporter daerah kalian kelompok Ultras masih dianggap "SAMPAH" organisasi, tapi pandanglah pada sisi LUAS bahwa di luar sana supporter lain, penonton umum, dan Tim sangat merindukan dan mendukung kehadiran kelompokmu..

STAND ON YOUR GROUND.!!
KEBEBASAN MILIK KITA, BUKAN MEREKA.
KITA ADA KARENA TIM, BUKAN KARENA MEREKA.

Sabtu, 09 November 2013

awaydays

ultras smansa ivasion bogor
hari pemberangkatan hari selasa tanggal 12 november 2013
jam 05.00 pagi
trasportasi menggunakan kereta api untuk tiket keret harga nya 15.000 (ekonomi ac)
dan untuk pendaftaran di batasi hanya 15 orang pendaftaran paling lambat hari senin tanggal 10 november 2013

Jumat, 25 Oktober 2013

Atraksi Itu Kontrol ?





Saya kali ini cuma mau sedikit sharing ya.. Ada pemikiran soal Koreo, Chant, dan atraksi para supporter di dunia ini, itu awalnya dari mana ya?
Ngobok ngobok kolornya mbah google tentang Ultras dan Hooligan muncul pemikiran kalau Koreo, chants, dan atraksi itu hanyalah sebuah kontrol terhadap kelakuan para supporter waktu itu. Yaa.. sebuah kontrol dari pihak TIM dan elemen lain kepada supporter agar
supporter itu lebih kearah positif dan tidak menjadi biang masalah lagi. Dulu supporter di Eropa memang terkenal sebagai perusuh, dan orang-orang pun menyebutnya HOOLIGAN, mereka datang ke stadion mendukung tim dan pulang membuat kerusuhan. Hooligan (Inggris) juga jarang sekali atraksi macam Koreo, Giant Flag, dan Pyro party dalam sebuah laga, mereka terkenal hanya mendukung tim dan Menjaganya. Nah dari sinilah (mungkin) mulai muncul pemikiran mulai dibentuknya kelompok supporter yang terkoordinir untuk lebih mengurangi dampak negative dari kelakuan supporter supporter waktu itu.
Munculnya Ultras mulai mewarnai dunia supporter disana, Ultras yang muncul secara Kelompok, dengan atraksi, Koreo, dan chants nampak membuat “Kebrutalan” supporter berkurang meskipun tak sepenuhnya hilang.
Mengapa saya berpikiran Koreo, atraksi, dan chants adalah sebuah Kontrol ?
Terbentuknya ultras tak lepas dari bentukan manajemen tim, pernah denger kan? Nah dari situlah muncul pemikiran bahwa ini adalah sebuah kontrol dari manajemen untuk mengurangi sisi negative supporter untuk dialihkan ke arah yang positif dan membuat sepak bola lebih bernilai jual. Dengan adanya koreo, atraksi, dan chant membuat sebuah laga tak hanya menyajikan pertarungan ke dua tim dilapangan, tapi juga menunjukan sisi hiburan di stadion itu. Dari sini manajemen sendiri akan meraup keuntungan dengan banyaknya penonton yang hadir, dan terlebih Sisi BRUTAL supporter itu sendiri mulai terkontrol dan tak seliar sebelumnya.
Ya meskipun tak semua ultras adalah bentukan manajemen dan gak semuanya kaya gitu.. tapi adalah beberapa yang seperti itu. Tapi ini bukan “HAL” yang jelek yah, Justru ini malah lebih membuat sepakbola menjadi lebih berwarna aja.
Sekali lagi ini Cuma pemikiran saya aja kok.. hasil dari sharing sharing dan ngobok-ngobok kolonya mbah google.. maaf kalo ada yang kurang berkenan..
akhir kata,

Kamis, 10 Oktober 2013

Apa Itu WOD?

Wall of Death di Atas Tribun Sebenarnya?

Wall of Death atau disingkat WOD menjadi trend baru supporter masa kini yang menyebut dirinya bagian dari Ultras. Fenomena ultras di Indonesia kini sedang menyebar di berbagai daerah. Tak bisa dipungkiri ini adalah pengaruh dari Brigata Curva Sud yang menjadi inspirasi baru supporter Indonesia. Supporter besar sekelas Aremania, Jakmania, Bobotoh/Viking,Bonek Mania, LA Mania, Pusa Mania, Singamania/sriwijaya mania tengah disaingi supporter baru era Ultras tersebut. Bukan saingan dalam artian “rusuh” namun beradu kreatifitas.

Kembali ke topik Wall of Death, WOD sebenarnya adalah aksi dari penonton konser metal,hardcore atau kita sering menyebutnya Underground. Wall of Death adalah aksi dimana penonton membagi dua kubu menjadi dua sisi kiri dan kanan mengosongkan ruang ditengahnya. Setelah aba aba musik cadas dialunkan kedua kubu yang terpisah itu menjadi satu kembali dengan “brutal” namun ini hanya just for fun, olah raga anak HC menyebutnya. Jika ada teman yang terjatuh maka kewajiban kita untuk membangunkanya karena ini hanya just fur fun. Salah jika Ultras di Indonesia sering menyebut Wall of Death adalah termasuk tradisi dari Ultras. Ultras tidak pernah melakukan hal ini.

Wall of Death dibawa ke tribun tidak bisa dipungkiri berasal dari Brigata Curva Sud. BCS membawa ini ke tribun karena memang rata rata anggotanya memang penggemar musik underground. Bahkan salah satu pionirnya kabarnya adalah anggota management Death Vomit group band death metal dari Yogyakarta. Dan komunitas underground di Yogyakarta seperti YKHC (yogya hardcore), JCG (jogja corps Grinder), IMY (independent metal yogyakarta) dan komunitas lain anggotanya adalah bagian dari Brigata Curva Sud.

Menarik memang aksi ini kita tonton di atas tribun. Aksi yang belum pernah ada sebelumnya di tribun tribun manapun didunia. Wall of Death kini sudah menginspirasi banyak orang dan akhrinya sampai di berbagai daerah di Indonesia. Ya, ini yang kita butuhkan sekarang bukan rivalitas anarkis yang kita butuhkan untuk mendukung sebuah club, bukan caci maki , dan bukan juga intimidasi namun kreatifitas


sumber: kompasiana dot com 

Rabu, 02 Oktober 2013



Apa Itu Ultras ?

Ultras diambil dari bahasa latin yang mengandung artian ‘di luar kebiasaan’. Kalangan ultras tidak pernah berhenti menyanyi mendengungkan yel-yel lagu kebangsaan tim mereka selama pertandingan berlangsung. Mereka juga rela berdiri sepanjang pertandingan berlangsung (karena negara-negara yang terkenal dengan ultras nya seperti Argentina dan Italia, menyediakan tribun berdiri di dalam salah satu sudut stadion mereka). Selain itu pun para ultras paling senang menyalakan kembang api atau petasan di dalam stadion karena hal itu didorong untuk mencari perhatian, bahwa mereka hadir di dalam kerumunan manusia di dalam stadion.

“As an ultra I identify myself with a particular way of life. We are different from ordinary supporters because of our enthusiasm and excitement. This means, obviously, rejoicing and suffering much more acutely than everybody else “.

Nukilan kalimat dari seorang anggota Brigate Rossonere, salah satu ultras AC Milan, membantu kita untuk mengenali fenomena ultras. Ultras bukanlah sekadar kumpulan suporter (tifosi) biasa melainkan kelompok suporter fanatik nan militan yang mengidentifikasikan secara sungguh-sungguh dengan segenap hasrat dan melibatkan dengan amat dalam sisi emosionalnya pada klub yang mereka dukung.

Ultras mempelopori suporter yang amat terorganisir (highly organized) dengan gaya dukung 'teatrikal' yang kemudian menjalar ke negara-negara lain. Model tersebut sekarang telah begitu mendominasi di Pran...cis, dan bisa dibilang telah memberi pengaruh pada suporter Denmark 'Roligans', beberapa kelompok suporter tim nasional Belanda dan bahkan suporter Skotlandia 'Tartan Army'.
Model tersebut masyhur karena menampilkan pertunjukan-pertunjukan spektakuler meliputi kostum yang terkoordinir, kibaran aneka bendera, spanduk & panji raksasa, pertunjukan bom asap warna-warni, nyala kembang api (flares) dan bahkan sinar laser serta koor lagu dan nyanyian hasil koreografi, dipimpin oleh seorang CapoTifoso yang menggunakan megaphones untuk memandu selama jalannya pertandingan.
Dalam tradisi calcio, ultras adalah "baron" dalam stadion. Mereka menempati dan menguasai salah satu sisi tribun stadion, biasanya di belakang gawang, yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan curva. Ultras tersebut menempati salah satu curva itu, baik nord (utara) atau sud (selatan), secara konsisten hingga bertahun-tahun kemudian. Utras dari klub-klub yang berbeda ditempatkan pada curva yang saling berseberangan. Selain itu, berlaku aturan main yang unik yaitu polisi tidak diperkenankan berada di kedua sisi curva itu.

Kelompok Ultras yang pertama lahir adalah (Alm.) Fossa dei Leoni, salah satu kelompok suporter klub AC Milan, pada tahun 1968. Setahun kemudian pendukung klub sekota sekaligus rival, Internazionale Milan, membuat tandingan yaitu Inter Club Fossati yang kemudian berubah nama menjadi Boys S.A.N (Squadre d'Azione Nerazzurra). Fenomena ultras sempat surut dan muncul lagi untuk menginspirasi dunia dengan aksi-aksi megahnya pada pertengahan tahun 1980-an.


Fenomena ultras sendiri diilhami dari demontrasi-demontrasi yang dilakukan anak-anak muda pada saat ketidakpastian politik melanda Italia di akhir 1960-an. Alhasil, sejatinya ultras adalah simpati politik dan representasi ideologis. Setiap ultra memiliki basis ideologi dan aliran politik yang beragam, meski mereka mendukung klub yang sama. Ultras memiliki andil "melestarikan" paham-paham tua seperti facism, dan komunism socialism.
Mayoritas ketegangan antar suporter disebabkan oleh perbedaan pilihan ideologis daripada perbedaan klub kesayangan. Untungnya, dalam tradisi Ultras di Italia terdapat kode etik yang namanya Ultras codex. Salah satu fungsi kode etik itu "mengatur" pertempuran antar ultras tersebut bisa berlangsung lebih fair dan "berbudaya". Salah satu etika itu adalah dalam hal bukti kemenangan, maka bendera dari ultras yang kalah akan diambil oleh ultras pemenang. Kode etik lainnya ialah, seburuk apapun para tifosi itu mengalami kekejaman dari tifosi lainnya, maka tidak diperkenankan untuk lapor polisi.

Dewasa ini, ultras kerap dipandang sebagai lanjutan atau warisan dari periode ketidakpastian dan kekerasan politik 1960-an hingga 1970-an. Berbagai kesamaan pada tindak tanduk mereka disebut sebagai bukti dari sangkut paut ini. Kesamaan-kesamaan itu tampak pada nyanyian lagu - yang umumnya digubah dari lagulagu komunis tradisional - lambaian bendera dan panji, kesetiaan sepenuh hati pada kelompok dan perubahan sekutu dengan ultras lainnya, dan, tentunya, keikutsertaan dalam kekacauan dan kekerasan baik antara mereka sendiri dan melawan polisi!

Ultras itu sekelompok supporter tetapi dia sangat fanatik trhadap tim yg di dukung'a.. selalu mengibarkan panji2 kebesaran tim yg mereka dukung.. mereka bukan supporter biasa yg hanya duduk dan diem aja di stadion,. tetapi mereka itu atraktif, selalu menyanyikan lagu2 buat tim'a, membawa bendera besar ke stadion, membawa Red Flare, nampilin banner yg besar di stadion, menampikan Coreography dan satu yg penting.. "MEREKA SELALU BERDIRI SELAMA MENONTON PERTANDINGAN SAMBIL BERNYANYI UNTUK MENDUKUNG TIMNYA.."

mereka tergolong supporter yang ekstrim dlm bertindak (GARIS KERAS).. mereka jg memiliki ideologi politik tersendiri yg di anut, seperti Politik Sayap Kiri atau Sayap Kanan.. yg Sayap Kiri cenderung Ekstrim dlm bertindak, smentara yg Sayap Kanan masih patuh sma aturan, gag terlalu ekstrim klo bertindak..
oia, Ultras itu biasanya memiliki basis tersendiri di Stadion,.
seperti Ultras di Eropa , mereka selalu menetapi Tribun blakang gawang...
maka'a sebutan mereka adalah Curva Sud/ Curva Nord (Sud= Selatan , Nord= Utara).. gag pernah ada sebutan Curva Est dan Curva Covest..
Ultras sendiri punya kode etik di antara Ultras.. yaitu, mereka klo fight itu sifat'a open fight.. untuk merebut Banner/ bendera kebesaran yg jd simbol suatu grup Ultras.. dlm fight tersebut, mereka di larang melibatkan Polisi, karna Polisi itu HARAM.. A.C.A.B (All Cops Are Bastard)
Curva/ Tribun bagi Ultras, POLISI gag boleh masuk ..